kadang kala tuhan mengejekku lewat jarum jam dinding. taktaktak. tiktiktik. taktiktaktik. tak. tak. tapi aku selalu abai. aku lebih acuh pada detak dadaku sendiri. dadaku tanpa jarum, hanya detaknya lebih tajam dan nyaring. bunyinya mengganggu tidurku yang sunyi. dingdongdungdeng, dangdingdungdong. pukul satu pukul dua pukul waktu memukul-mukul pantatku. aku serba tergesa serba tergegas. gegas tidur, gegas makan, gegas bersepatu, gegas berangkat mengejar kalender harian. lalu gegas pulang memandangi lagi jam dinding di tembok kamarku. masih dengan ejekan yang sama, kian membosankan saja. taktaktak. tiktiktik. taktiktaktik. tak. tak. lama-lama aku tak bisa lagi abai. sebab jam dinding itu telah menyandra kepalaku.
sementara di kamar yang lain, di dinding yang lain, ada yang sedang menyusun strategi.
sementara di kamar yang lain, di dinding yang lain, ada yang sedang menyusun strategi.
0 comments:
Posting Komentar